Selamat datang di
Regamtho Blog. setelah melihat-lihat isi dari blog ini jangan lupa tinggalkan komentar, saran atau kritik anda demi penyempurnaan blog ini kedepan..
Terima Kasih

Monday, March 26, 2012

Silsilah Sultan Tidore






Sebenarnya saya bukan seorang sejarawan, dan saya tidak terlalu tahu menahu  tentang sejarah Kesultanan Tidore.....tulisan ini sebenarnya hanyalah hasil dari apa yang pernah saya baca... untuk itu apabila ada kesalahan dalam penulisan mohon kiranya dapat dikoreksi.

Seperti dengan judul tulisan diatas, untuk lebih jelas dalam menguraikan silsilah Kesultanan Tidore ini maka lebih dulu saya kemukakan silsilah Kolano (Raja) Kerajaan Tidore sebelum masuknya agama Islam mulai dari yang pertama hingga Kolano (Raja)  yang ke-8

Susunan Kolano (Raja) yang pernah memerintah Kerajaan Tidore sebelum masuknya agama Islam adalah sebagai berikut :
1)         Kolano Syahjati
2)       Kolano Bosamuwange
3)       Kolano Suhud alias Subu
4)     Kolano Balibunga
5)      Kolano Duko Madoya
6)      Kolano Kie Matiti
7)      Kolano Sele
8)      Kolano Matagena
Setelah Agam Islam masuk ke wilayah Maluku Utara pada awal abad ke-11 tepatnya pada tahun 470 Hijriah atau 1077 Masehi, yang di tandai dengan kedatangan seorang ulama dari Arab yang bernama Ja’far Shadiq. Mulai saat itu gelar Kolano (Raja) berubah menjadi Sultan sehingga nama Kerajaan Tidore berubah menjadi Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh seorang Sultan
Susunan para Sultan yang pernah memimpin Kesultanan Tidore adalah sebagai berikut :
No
Nama Sultan
Tahun (Masehi)
9
Sultan  Nuruddin
1334-1372
10
Sultan Hasan Syah
1372-1405
11
Sultan Ciriliati alias Jamaluddin
1495-1512
12
Sultan Mansyur
1512-1526
13
Sultan Aminuddin Iskandar Zulkarnain
1526-1535
14
Sultan Rijali Mansur
1535-1568
15
Sultan Iskandar Isani alias Amiril Mathlan Syah
-
16
Sultan Gapi Baguna alias Amir Bifadlil Siradjuddin Arifin
1569-1600
17
Sultan Fola Madjino alias Zainuddin
1600-1626
18
Sultan Ngara Malamo alias Alaudin
1626-1631
19
Sultan Gorontalo alias Saifuddin
1631-1642
20
Sultan Saidi
1642-1653
21
Sultan Sultan Mole Manginyau alias Malikidin
1653-1657
22
Sultan Sayfoeddin Van Coning alias Djou Kota
1657-1674
23
Sultan Hamzah Fahruddin
1674-1705
24
Sultan Abdul Fadhlil Mansyur
1705-1708
25
Sultan Hasanuddin Kaicil Garcia
1708-1728
26
 Sultan Amir Bifodlil Aziz Muhidin Malikul Manan
1728-1757
27
Sultan Muhammad Mashud Jamaluddin
1575-1779
28
Sultan Patra Alam
1780-1783
29
Sultan Hairul Alam Kamaludin Asgar
1784-1797
30
Sultan Amiruddin Syaifuddin Syah Muhammad El Mabus Kaicil Paparangan Jou Barakati alias Nuku

1797-1805
31
Sultan Zainal Abidin
1805-1810
32
Sultan Motahuddin Muhammad Tahir
1810-1821
33
Sultan Ahmadul Mansyur Sirajuddin Syah
1821-1856
34
Sultan Ahmad Syaifuddin Alting
1856-1892
35
Sultan Ahmad Fatahuddin Nur Syah Kaicil Jauhar Alam
1892-1894
36
Sultan Ahmad Kawiyuddin Alting
1894-1906
37
Sultan Zainal Abidin syah
1947-1967
38
Sultan Hi. Djafar Syah
      1999-sekarang



Thursday, March 22, 2012

Pertimbangan Pengembangan Kawasan Pariwisata Pulau Maitara

    
                                         

a). Daya tarik wisata dan akses transportasi

          Secara umum, Pulau Maitara memeiliki karakteristik  wilayah yang berbeda dengan pulau tidore daan pulau-pulau lainnya. Industri pariwisata bahari yang potensial di Pulau Maitara mencakup hampir keseluruhan wilayah pantai, kecuali pantai barat.
          Daerah –daerah yang yang potensial untuk di kembangkan sebagai daerah obyek wisata, diantaranya Doe-doe, Ake Baye, Kusulenge dan Pasimayou.

          Pemilihan keempat lokasi ini dengan beberapa pertimbangan :

Ø  Seperti lokasi-lokasi di Pulau Tidore, keempat lokasi di Pulau Maitara ini memiliki ciri dan daya tarik wisata baik untuk wisata pantai (berjemur,berenang,snorkling) maupun penyelaman (diving). Pantai Doe-doe memiliki tipe pantai berpasir putih dengan kondisi terummbu karang di rataan terumbu yang masih baik (hasil kajian lapangan). Terumbu karang bagian depan berbentuk drope off dengan variasi dan kelimpahan ikan karang yang cukup baik. Seperti di Tanjung Jere, daerah objek wisata Doe-doe sangat cocok untuk di kembangkan sebagai salah satu daerah wisata bahari, seprti snorkling, mandi dan berjemur.

Ø  Akses transportasi dengan ibukota Provinsi/Ternate menggunakan jasa transportasi laut speed boat (± 1.25 mil laut/ 10 menit) dari dan ke Pulau Maitara. Sedangkan dari Pulau Tidore, Hanya berjarak 0.5 mil laut/ 4 menit, melalui pelabuhan penyebrangan Rum. Dengan demikian akses dari dan ke ibukota provinsi Maluku Utara maupun ibukota Tidore tidak memiliki kendala berarti.

Ø  Pemerintah daerah Kota Tidore Kepulauan telah melihat potensi wisata di Pulau Maitara, Khususnya pantai Doe-doe. Hal ini ditandai dengan pembangunan sarana pariwisata skala kecil.

b). Hambatan dan tantangan pengembangan wisata Pulau Maitara

          Dalam usaha pengembangan obyek wisata di Pulau Maitara, ada beberapa hambatan dan tantangan yang harus di perhatikan, teutama yang berhubungan dengan infra struktur penunjang, dan kebiasaan destruktif masyarakat pesisir.

Ø  Penginapan skala kecil-besar perlu diadakan, terutama untuk mengantisipasi pertambahan wisatawan mancanegara. Namun demikian, dengan memperhatikan daya dukung wilayah maitar yang relatif lebih kecil dari pulau Tidore, jarak ke Rum yang relatif dekat, maka ketersediaan penginapan skala besar lebih diarahkan untuk dipusatkan di Rum atau Kota Tidore.

Ø  Pengambilan karang batu di alam (rataan terumbu) secara langsung akan mengurangi nilai lingkungan alami objek wisata. Kondisi ini menjadi dilematis ketika masyarakat menjadikan alasan pengambilan karang batu di alam untuk bahan bangunan, jalan, septik tank dan lain-lain sebagi alternatif terakhir. Kondisi demikian memang masih terjadi di mana-mana.

Ø  Pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang peran dan fungsi ekosistem pesisir dan pariwisata bahari masih kurang.