a). Daya tarik wisata dan akses transportasi
Secara umum, Pulau
Maitara memeiliki karakteristik wilayah
yang berbeda dengan pulau tidore daan pulau-pulau lainnya. Industri pariwisata
bahari yang potensial di Pulau Maitara mencakup hampir keseluruhan wilayah
pantai, kecuali pantai barat.
Daerah –daerah yang
yang potensial untuk di kembangkan sebagai daerah obyek wisata, diantaranya
Doe-doe, Ake Baye, Kusulenge dan Pasimayou.
Pemilihan keempat
lokasi ini dengan beberapa pertimbangan :
Ø Seperti lokasi-lokasi
di Pulau Tidore, keempat lokasi di Pulau Maitara ini memiliki ciri dan daya
tarik wisata baik untuk wisata pantai (berjemur,berenang,snorkling) maupun
penyelaman (diving). Pantai Doe-doe memiliki tipe pantai berpasir putih dengan
kondisi terummbu karang di rataan terumbu yang masih baik (hasil kajian
lapangan). Terumbu karang bagian depan berbentuk drope off dengan variasi dan kelimpahan ikan karang yang cukup
baik. Seperti di Tanjung Jere, daerah objek wisata Doe-doe sangat cocok untuk
di kembangkan sebagai salah satu daerah wisata bahari, seprti snorkling, mandi
dan berjemur.
Ø Akses
transportasi dengan ibukota Provinsi/Ternate menggunakan jasa transportasi laut
speed boat (± 1.25 mil laut/ 10 menit) dari dan ke Pulau Maitara. Sedangkan
dari Pulau Tidore, Hanya berjarak 0.5 mil laut/ 4 menit, melalui pelabuhan
penyebrangan Rum. Dengan demikian akses dari dan ke ibukota provinsi Maluku
Utara maupun ibukota Tidore tidak memiliki kendala berarti.
Ø Pemerintah
daerah Kota Tidore Kepulauan telah melihat potensi wisata di Pulau Maitara,
Khususnya pantai Doe-doe. Hal ini ditandai dengan pembangunan sarana pariwisata
skala kecil.
b). Hambatan dan tantangan
pengembangan wisata Pulau Maitara
Dalam
usaha pengembangan obyek wisata di Pulau Maitara, ada beberapa hambatan dan
tantangan yang harus di perhatikan, teutama yang berhubungan dengan infra
struktur penunjang, dan kebiasaan destruktif masyarakat pesisir.
Ø Penginapan
skala kecil-besar perlu diadakan, terutama untuk mengantisipasi pertambahan
wisatawan mancanegara. Namun demikian, dengan memperhatikan daya dukung wilayah
maitar yang relatif lebih kecil dari pulau Tidore, jarak ke Rum yang relatif
dekat, maka ketersediaan penginapan skala besar lebih diarahkan untuk
dipusatkan di Rum atau Kota Tidore.
Ø Pengambilan
karang batu di alam (rataan terumbu) secara langsung akan mengurangi nilai
lingkungan alami objek wisata. Kondisi ini menjadi dilematis ketika masyarakat
menjadikan alasan pengambilan karang batu di alam untuk bahan bangunan, jalan,
septik tank dan lain-lain sebagi alternatif terakhir. Kondisi demikian memang
masih terjadi di mana-mana.
No comments:
Post a Comment