Selamat datang di
Regamtho Blog. setelah melihat-lihat isi dari blog ini jangan lupa tinggalkan komentar, saran atau kritik anda demi penyempurnaan blog ini kedepan..
Terima Kasih

Thursday, April 26, 2012

Berbagai Prosesi Upacara Adat Perkawinan Tidore


                           
         Berbagai  kebiasaan tumbuh dan berkembang di masyarakat tidore.dalam banyak hal berpadu antara kebiasaan leluhur dengan tradisi islam. Kedua-duanya hidup berdampingan secara damai, selama kedua-duanya saling membutuhkan dan tidak terjadi benturan. Dalam upacara adat tertentu terdapat perpaduan seni budaya leluhur dengan syariat islam. Salah satunya adalah upacara perkawinan.
        Didalam upacara perkawinan terdapat beberapa aspek adat/tradisi dan syariat islam  yang berhubungan dengan aspek sosial budaya antara lain. Mulai dari masusu lahi (masuk minta/meminang), kota balanja (antar belanja), sari oras malaha (menentukan hari pernikahan),malam rorio,hogo jako (mandi bersih diri dan tolak bala),sokai (akad nikah),golu (masuk kamar pengantin), oro barakati se siloloa (meminta berkat/ doa restu), munara fou saro (makan makanan adat), koro dun (mengundang menantu) dan tagi suba.

masusu lahi (masuk minta/meminang),

masusu lahi atau meminang biasanya dilakukan oleh keluarga laki-laki dengan mengutus salah seorang dari keluarganya untuk menemui orang tua dari wanita yang akan menjadi pinangannya, lalu menyampaikan maksud dari kedatangannya bahwa anak gadisnya akan dipinang oleh si lelaki yang telah mengutusnya. Biasanya kegiatan ini telah di atur bersama sebelumnya oleh si lelaki dan wanita sehingga dari pihak keluarga wanita telah mengetahui maksud dari kedatangan utusan tersebut. Setalah bertemu dengan pihak keluarga wanita lalu pengutus tersebut kembali ke keluarga pihak laki-laki untuk menyampaikan hasil dari pertemuannya dengan keluarga pihak wanita.

Sari oras malaha (menetukan hari pernikahan)
Beberapa hari setelah masusu lahi (meminang), keluarga dari kedua bela pihak akan sepakat  berkumpul di kediaman keluarga wanita untuk mencari dan menentukan waktu yang baik untuk acara akad nikah. Kegiatan ini biasanya di rangkaikan dengan acara kota balanja (antar belanja) oleh keluarga calon mempelai laki-laki.

Malam rorio
Kegiatan ini berlangsung semalam sebelum akad nikah dilaksanakan sekitar pukul 19.00 – 23.00. pada malam ini biasanya wanita/ibu-ibu dari keluarga kedua bela pihak melakukan berbagai persiapan untuk acara akad nikah esoknya. Tradisi “rorio” bermakna saling menolong. Malam ini juga biasanya digunakan oleh muda/mudi untuk datang melihat calon pengantin wanita yang telah dirias.

Hogo jako (mandi bersih diri dan tolak bala)
bersamaan dengan kegiatan malam rorio, di kediaman mempelai wanita sebelumnya telah dilaksanakan salah satu ritual yaitu hogo jako (mandi bersih diri dan tolak bala). Utusan calon pengantin wanita dengan menggunakan baju adat menjemput calon pengantin pria. Calon pengantin wanita duduk diatas pangkuan seorang wanita muda dan calon pengantin pria di pangku seorang lelaki muda. Mereka dililitkan dengan kain putih dan kepalanya juga ditutupi kain putih. Di depan pengantin  berdiri para ibu yaya goa selaku pelaksana prosesi lengkap dengan busana adat (dao). Perlengkapan hogo jako terdiri dari : bambu berisi air yang dililitkan dengan kain putih, telur, buah pisang, pinang, mayang pinang yang di atasnya telah diikat sumbu (jumlahnya ganjil), sirih, kapur, pelita, uang koin, dan daun beringin muda. Makna prosesi ini adalah upaya untuk menolak segala marabahaya menjelang pernikahan maupun sesudahnya.

Sokai (akad nikah)
Setelah melaksanakan segala macam persiapan, tibalah pada acara puncaknya yaitu sokai (akad nikah). Pada acara puncak ini semua sanak saudara, keluarga , teman kerabat dan sebagainya dari kedua mempelai di undang untuk memberikan doa restu kepada kedua mempelai. Akad nikah dilaksanakan menurut syariat islam, yaitu diawali dengan khotbah nikah, idzab kabul, ucapan sighat taklik dan diakhiri dengan pembacaan doa.

Golu (masuk kamar pengantin)
Prosesi golu dilakukan setalah prosesi idzab kabul di laksanakan, dengan cara pengantin laki-laki masuk ke kamar  ke kamar pengantin wanita (bathal wudhu). Biasanya kamar pengantin wanita di kunci rapat oleh kerabat pengantin wanita. Pintu dibuka setelah pendamping pengantin laki-laki melempari koin golu berulang-ulang kedalam kamar pengantin wanita. Golu dalam bahasa Tidore berarti “sarang laba-laba”  menandakan jalan tersebut belum dilalui oleh siapapun (sang wanita belum dinikahi oleh orang lain sebelumnya)

oro barakati se siloloa (meminta berkat/ doa restu)
prosesi selanjutnya yaitu oro barakati (meminta berkat) dari kedua mempelai kepada kedua orang tua atau wali dan kerabat dekatnya. Seusai oro barakat dilanjutkan dengan siloloa dari seseorang yang mewakili pihak kedua keluarga pengantin menyampaikan siloloa atau sekedar prakata kepada yang hadir (menyampaikan sedikit perihal kedua mempelai, mohon maaf atas segala kekurangan dalam pelayanan dan sebagainya, juga ucapan terima kasih atas segala partisipasi)

munara fou saro (makan makanan adat)
prosesi selanjutnya yaitu munara fou saro (makan makanan adat), yaitu seperangkat makanan adat khas tidore, dihidangkan diatas meja yang diatur sedemikian rupa, dan di santap oleh kedua mempelai bersama dengan para yaya goa. Makanan adat sebelum di santap, dimasukkan (disarokan) ke dalam kain putih (diatas taplak meja berwarna putih dan ditutupi oleh kain berwarna putih). Masyarakatg tidore mengenal tiga tingkatan ngam saro yaitu ngam romtoha (lima jenis makanan), mangam capu-capu (lima hingga sembilan jenis makanan), dan ngam tarunta (aneka makanan, empat puluh empat macam).

koro dun (mengundang menantu)
koro dun (mengundang menantu) adalah sebuah acara dimana menantu perempuan di undang ke kediaman orang tua laki-laki. Biasanya dilakukan setelah 3 hari atau hari-hari ganjil sesudah akad nikah.

Tagi suba
Tagi suba merupakan kunjungan silaturahmi perdana sepasang suami istri yang baru menikah ke kediaman sanak keluarga. Di dampingi oleh seseorang sebagai penunjuk keluarga, agar pasangan baru  mengetahui sanak keluarganya.


Post by : Re Bhynu Regamtho











Tuesday, April 24, 2012

BORERO GOSIMO


Kadang kita masyarakat Tidore yang hidup di tanah yang bertuan ini seperti melupakan nasehat para tetuah kita...hidup dengan segala peradaban seperti sekarang ini membuat kita lupa akan siapa tuan tanah tempat tinggal kita sebenarnya...kadang kita sebagai anak cucu negeri ini tidak sadar apa yang telah kita perbuat untuk negeri leluhur ini.. hidup dalam bingkai keadilan dan kebenaran (loa se banari) belum tentu sepenuhnya menjamin apa yang di buat oleh kita selalu adil dan benar.....tulisan ini hanya merupakan penyambung pesan bagi masyarakat Tidore yang selalu disampaikan oleh para tetuah kita agar kita senantiasa hidup dalam  keadilan dan kebenaran agar sejahtera di dunia dan akhirat.

Berikut pesan tetuah (Borero Gosimo) yang harus kita jaga agar kita orang tidore selalu hidup berdampingan dalam bingkai keadilan dan kebenaran (loa se banari).

BORERO GOSIMO

                                                                `»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# «!$# Oó¡Î0
1.        Toma Pariyama Nange Enareni, Ino Ngone Moi-Moi, Ngofa Se Dano Fosobaka Na Puji Te Jou Madihutu...Jou Allah Swt. Lahi Doa, La Ora Se Wange, Kie Se Gam, Daerah Se Ta’lok Sehat Se Salamat, La Futuru Se Sobuturu, Magoga Se Marorano, Mabarakati Se Mustajab, Cili Ifa Ngali Ifa.
2.        Ngofa Se Dano Toma Kie Tidore, Daerah Se Ta’lok Soninga......,Soninga.....,Soninga.........
Fela Lao, Lila Se Honyoli, Ruku Se Sodabi, Ahu Se Gogahu, Rejeki Se Rahmati, Sone Se Ahu, Ge Te Jou Madihutu, Jou Allah Ta’ala I Kuasa, Sala Se Hilaf Ge No Sogewa-Gewa La Sujud Se Malahi Te Jou Allah Ta’ala, Soninga Kie Se Gam Enare Madafolo Dzikirullah, Madorifa Papa Se Tete.
3.        Eee Ngofa Se Dano Toma Kie Tidore, Daerah Se Ta’lok, Soninga ..,Soninga ..., Soninga.
Fela Lao, Lila Se Honyoli, Kie Se Gam Daerah Se Ta’lok Toma Suru Se Gulu Posa Marua, Tidore, Gam Range, Kolano Nguraha, Mafor Soa Raha, Papua Gamsio, Seram Se Gorong, Kei Se Tanimbar Ge Rimoi Bato Jo. Soninga, Limau Madade-Dade Ge Mabara Jiko Se Doe.


4.        Eeee Ngofa Se Dano Toma Kie Tidore, Daerah Se Ta’lok, Soninga Joo...,Soninga Joo...,Soninga

Fela Lao, Lila Se Honyoli, Ruku Se Sodabi, Kie Se Gam Re Balisa, Se Mapolu Ino, Marimoi Nyinga, Maku Sodorifa Kefe, La Fo Masogado Se Sodorine Ena Majarita, Magatebe Kie Se Gam Roregu Yali, Soninga I Diri Ngone Ua Se Nage Yali, Kanange Ua Se Fio Yali.
5.         Eeee Ngofa Se Dano Toma Kie Tidore, Daerah Se Ta’lok, Soninga Joo...,Soninga Joo...,Soningaaa
Fela Lao, Lila Se Honyoli, Ruku Se Sodabi, Gosimo Na Dodia, Kie Se Kolano, Adat Se Nakudi, Atur Se Aturan, Fara Se Filang, Syah Se Fakat, Budi Se Bahasa Ge Oli Se Nyemo-Nyemo, Ngaku Se Rasai, Mae Se Kolofino, Cing Se Cingeri Ena Yosira Ge Kie Se Gam Macahaya Duka. Soninga. Guraci No Ige Ua, Karabanga No Banofo, Maliku Ge Banga Ua, Gumali Gam Malele.
6.       Eeee Ngofa Se Dano Toma Kie Tidore, Daerah Se Ta’lok Soninga......,Soninga.....,Soninga.........
Ahu Toma Pariyama Nange Nareni, Sobuturu Se Sodagi Loa Se Banari. Aku Ua Maku Sodoa Dulu, Sojako Gai, Aku Ua Maku Gahi Jira, Aku Ua Fo Makudutu Se Maku Doti, Aku Ua Yau Pasirimoi, Saluma Yo Maku Selo. Soninga, Moi Ua Ngone Bato, Maku Gosa Jira Ifa
7.        Eeee Ngofa Se Dano Toma Kie Tidore, Daerah Se Ta’lok Soninga......,Soninga.....,Soninga.........
Gosimo Sogado Nga Borero, Ruba Ni Fola Ifa, Mabuku Raha Gosimo Nagia Ma’ace. Sodia Linga Yo Banga Ifa, Ngofa Se Dano Na Linga Se Dodagi.


Alat Tangkap dan Armada Yang Digunakan Nelayan Tidore


                               
jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kota Tidore Kepulauan biasanya sama dengan yang digunakan oleh nelayan di wilayah lain. Sebenarnya ada Banyak jenis alat tangkap yang di gunakan  namun disini kami hanya memaparkan beberapa jenis saja...mau tau ?? cekidot.


Pancing Huhate (Pole and Line)
Pancing merupakan alat tangkap yang sudah umum digunakan untuk menangkap ikan, baik yang berukuran besar maupun kecil. Para nelayan pemancing ikan biasanya hanya menggunakan tali pancing, anak pancing dan alat pemberat secukupnya serta perahu sebagai sarana memancing. Armada penangkapan huhate di Kota Tidore Kepulauan umumnya terdapat di Kelurahan Tomalou,Kelurahan Gurabati, Kelurahan Guraping dan Pulau Maitara. kapal penangkapan yang terbuat dari kayu dan fiberglass ini biasanya berukuran 6 -15 GT, menggunakan mesin inboard berkekuatan 105-150 HP (Horse Power). Alat tanglap yang digunakan adalah jenis pole and line dengan jumlah 30-50 buah perkapal. Jumlah anak buah kapal (ABK) 10-20 orang.  


Pukat Cincin dan Pukat Giop
Alat tangkap pukat cincin dan pukat giop hampir sama, baik konstruksi maupun prinsip penangkapannya. Perbedaan signifikan hanya pada ukuran jaring, mesh size setiap bagian jaring serta sasaran penangkapannya . dimana pukat giop hanya menangkap ikan julung-julung (Hermihampus far) dan ikan Cendro (Tylosurus crocodilus). Kedua alat tangkap ini  di temukan di semua Kecamatan di Kota Tidore. Kapal kapal penangkap yang digunakan terdiri dari 2 buah kapal yaiut kapal utama dengan ukuran 13-18 GT dan kapal penampung (slep) berukuran 6-8 GT. Mesin outboard (tempel) berkekuatan 40 HP (horse power) yang berjumlah 2-3 buah. Jumlah ABK berkisar antara 14-22 orang.


Jaring Insang
Jaring insang (gill net) merupakan alat yang cukup efektif di gunakan untuk menangkap ikan-ikan laut, baik ikan dasar (demersal fish) maupun ikan pelagis (pelagic fish). Di sebut jaring insang karena ikan yang terperangkap dalam jaring sebagian besar tersangkut pada bagian insang. Di kota tidore kepulauan jaring insang hampir di temukan di semua kecamatan. Jaring terbuat dari PA mono mesh size 1,5 – 2 inch. Armada penangkapan menggunakan perahu berukuran 4,5x0, 5x0,6 m – 5,5x0, 6x0,6 m. Tenaga pendorong sebagian menggunakan dayung dan sebagian menggunakan mesin katinting  5,5 HP, jumlah ABK berkisar antara 2-3 orang


Pancing Tonda Dan Panging Ulur
Alat tangkap Pancing Tonda Dan Panging Ulur hampir sama, baik konstruksi maupun prinsip penangkapannya. Perbedaan hanya pada ukuran tali pancing, jumlah dan ukuran mata pancing serta cara pengoperasiannya. Pancing tonda dioperasikan dengan cara ditarik dari buritan perahu (mobile) sedangkan pancing ulur dioperasikan secara memetap (statis). Kedua alat tangkap ini ditemukan di semua kecamatan di Kota Tidore Kepulauan. Armada penangkapan menggunakan perahu berukuran 4,5x0, 5x0,6 m – 7x0, 70x0,6 m. Tenaga pendorong sebagian menggunakan dayung dan sebagian menggunakan mesin katinting  5,5 -9 HP,  tali pancing tonda terbuat terbuat dari PA mono nomor 100-200 dengan mata kail nomor 6-8 sebanyak 1-2 buah sedangkan tali pancing ulur terbuat dari PA nomor 15-25 dengan mata kail nomor  16-18 sebanyak 20-100 buah. Jumlah ABK biasanya antara 2-3 orang


Pukat Kalase
Pukat Kalase hanya terdapat di Kecamatan Tidore Selatan tepatnya di desa Marekofo. Armada penangkapan yang digunakan terbuat dari kayu dengan ukuran 15 GT. Mesin outboard (tempel) berkekuatan 40 HP (horse power). Pengoperasian pukat kalase menggunakan alat bantu kompresor yang digunakan penyelam tradisonal untuk menyeret gerombolan ikan untuk masuk kedalam alat tangkap. Jumlah ABK (anak buah kapal) biasanya 31-33 orang.


Bagan Perahu
Di sebut Bagan perahu karena bagan di pasang di atas 1-2 buah perahu. Armada penangkapan bagan perahu hanya terdapat di Kecamatan Oba Utara dan Kecamatan Oba. Jumlah ABK 4-5 orang, pengoperasian bagan dilakukan pada malam hari dengan menggunakan 8-10 buah lampu petromaks (di beberapa daerah disebut lampu gas atau strongken) sebagai pengumpul gerombolan ikan. Kapal penangkap tebuat dari kayu dengan ukuran 10-12 GT. Mesin outboard (tempel) berkekuatan 40 HP. Alat tangkap terbuat dari minnow net (tahago) yang berukuran panjang 20 meter dan lebar 20 meter serta tinggi 3 meter.